Peneliti Sebut Homo Erectus Adalah Manusia Purba yang Pemalas
Sejak masih kanak-kanak, kita kerap diingatkan untuk tidak bermalas-malasan. Ternyata, sikap ini sudah ada sejak ratusan ribu tahun lalu, dan menjadi salah satu kemungkinan berkurangnya nenek moyang manusia purba.
Peneliti dari Australian National University School of Culture, History and Language bernama Dr Ceri Shipton mengatakan tentang perilaku malas yang dimiliki oleh manusia purba, Homo erectus.
“Mereka [Homo erectus] tidak terlihat memiliki keinginan untuk berusaha. Saya tidak yakin kalau mereka tipe yang gemar menjelajah. Mereka tidak memiliki rasa keingintahuan seperti kita [manusia modern],” ujar Dr Ceri Shipton kepada Science Daily.
Kemunculan pertama manusia purba jenis Homo erectus diketahui terjadi sekitar 2 juta tahun silam. Mengutip Britannica, hominid ini diduga besar berasal dari Afrika, ada juga kemungkinan Homo erectus berasal dari Eurasia. Terlepas dari mana mereka berasal, spesies ini nampaknya menyebar dengan cepat.
Dimulai sekitar 1,9 juta tahun lalu mereka bergerak melewati hutan tropis Afrika, Eropa, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Manusia purba jenis ini mengalami kepunahan sekitar 50 ribu ringga 100 ribu tahun lalu.
Dilansir dari Live Science, jika dibandingkan dengan jenis hominid lainnya seperti Homo neanderthalensis, Homo erectus cukup malas dan enggan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah.
Studi tentang hal ini diterbitkan di Journal PLOS One dengan judul Acheulean technology and landscape use at Dawadmi, central Arabia pada tahun 2018. Para arkeolog dari Australian National University menganalisis ribuan artefak yang ditemukan dan digali dari situs di Semenanjung Arab, di Saffaqah, Arab Saudi, pada tahun 2014.
Temuan mereka menujukkan bahwa spesies Homo erectus mengerahkan upaya yang minimal untuk membuat peralatan dan mencari perbekalan. Padahal manusia purba ini tinggal di wilayah yang memiliki akses mudah ke air dan bebatuan.
“Untuk membuat perkakas dari batu, mereka akan menggunakan batu apapun yang mereka temukan tergeletak di sekitar tempat tinggal,” ujar Ceri Shipton kepada Live Science.
Batu-batu yang Homo erectus gunakan ini kebanyakan memiliki kualitas yang rendah. Adapun perkakas batu yang dibuat antara lain, parang, kapak tangan, dan lain-lain. Lebih lanjut, Ceri Shipton mengungkapkan agak jauh dari tempat tinggal Homo erectus ada singkapan dengan kualitas batu yang lebih baik. Namun, untuk mendapatkannya diperlukan pendakian ke atas bukit.
"Tetapi alih-alih berjalan ke atas bukit, mereka hanya akan menggunakan potongan apa pun yang jatuh dari bukit dan tergeletak di tanah,” jelasnya.
Para peneliti juga memeriksa singkapan berbatu, dan benar saja, mereka mendapati bahwa area itu tidak terjamah oleh Homo erectus. Tidak ada jejak aktivitas, artefak maupun penggalian batu.
Berbeda dengan hominid yang lain misalnya Neanderthal atau Homo sapiens awal yang mendaki gunung guna mendapatkan batu berkualitas tinggi, dan mengangkutnya dalam jarak jauh.
Lebih lanjut, Ceri Shipton juga menuturkan kalau Homo erectus ini sebenarnya kuat dan terampil. Mereka juga berkembang dengan pesat di wilayah tersebut selama beberapa waktu. Hanya saja, saat sungai mengering – seperti yang terungkap dari sedimen daerah tersebut – kurangnya inisiatif manusia purba itu membuat mereka tidak dapat bertahan.
"Mereka tidak hanya malas, tetapi mereka juga sangat konservatif. Tidak ada kemajuan sama sekali, dan peralatan mereka tidak pernah jauh dari sungai yang sekarang kering ini," tutur Ceri Shipton.
"Saya pikir, pada akhirnya, lingkungan menjadi terlalu kering untuk mereka,” pungkasnya.
No comments: