BMKG Bicara Dampak Letusan Kuat Matahari ke Bumi
Badan Meteorologi, Klimatolog, dan Geofisika (BMKG) mengatakan letusan kuat Matahari dalam tiga tahun terakhir ini dampaknya sangat kecil ke Bumi.
Sebab, arah spesifik letusan berada di bagian belakang arah tenggara pada bidang piringan Matahari.
"Untuk Coronal Mass Ejection (CME) yang dilepaskan tanggal 29 November itu, arah efektifnya bukan lah ke Bumi sehingga kecil kemungkinan akan berdampak ke Bumi," kata Peneliti astronomi BMKG, Rukman Nugraha saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (2/11).
"(arah efektifnya) di bagian belakang arah tenggara pada bidang piringan Matahari. Jadi kalau dari arah pandang kita ke Matahari, posisi suar itu hampir tegak lurus (namun sedikit di bagan belakang piringan Mataharinya) terhadap arah pandang kita," tambahnya.
Selain itu Rukman menjelaskan bahwa CME atau pelepasan massa korona terhadap Bumi ditentukan oleh beberapa hal yaitu, pertama arah pelepasan CME efektif mengadap ke Bumi atau tidak (geoeefcifiness).
"Kedua adalah kecepatannya dan yang ketiga kerapatannya," katanya.
Biasanya CME menurut Rukman CME ini berasosiasi dengan solar flare atau suar Matahari. Jadi, jika syarat-syarat di atas terpenuhi, maka akan terjadi badai geomangnetik.
"Jika syarat-syarat itu terpenuhi, akan terjadi badai geomagnetik yang salah satu menifestasinya adalah fenomena aurora di lintang-lintang tinggi," kata Rukman.
"Selain itu, badai geomagnetik ini bisa menyebabkan arus listrik yang sangat besar yang mampu merusak peralatan listrik, bahkan bisa menyebabkan kerusakan trafo di sutu kota di lintang tinggi seperti kejadian di Quebec tahun 1989 lalu," pungkasnya.
Sebelumnya, Matahari dilaporkan melepaskan letusan atau suar terkuatnya dalam lebih dari tiga tahun terakhir. Ledakan matahari diukur sebagai suar M4.4.
Letusan atau suar terang pijar M4.4 disertai dengan pelepasan massa koronal, yang sering kali menyertai jilatan api matahari. Ejeksi massa koronal adalah pelepasan besar plasma dan medan magnet dari korona matahari, atau lapisan terluarnya.
Letusan ini memulai siklus matahari baru (siklus matahari 25), yang dimulai pada Desember 2019 dan diumumkan pada bulan September 2020. Siklus matahari sebelumnya (siklus matahari 24) berlangsung dari 2008 hingga 2019.
Atas dasar itu para ahli mengaku terkejut dengan fase aktivitas Matahari baru yang dimulai dengan ledakan dahsyat.
Suar atau letusan matahari memiliki beberapa kategori. Suar kelas C kecil, suar M berukuran sedang dan suar kelas X utama. Setiap kelas juga memiliki subkategori dari 1 hingga 9. Suar M9 lebih kuat dari M4.
Suar atau flare bisa berdampak pada banyak hal. Suar kelas-M seperti yang dipantau ahli belakangan ini biasanya menimbulkan gangguan terbatas di Bumi.
No comments: