Misteri Planet 9, Ini Rencana Pencarian Lubang Hitam di Pinggir Tata Surya
Tim peneliti Harvard baru saja meluncurkan rencana pencarian lubang hitam di pinggiran tata surya kita. Bila memang ditemukan, lubang hitam tersebut akan menguak misteri Planet 9. Dilansir dari The Independent, Jumat (10/7/2020); Planet 9 merujuk pada objek misterius yang diduga berada pada pinggiran tata surya kita. Objek ini tidak pernah diamati secara langsung oleh para astronom. Akan tetapi, gerakan aneh objek-objek di sekitarnya yang seakan-akan dipengaruhi oleh sesuatu membuat banyak orang mengira akan adanya Planet 9. Ada yang menduga bahwa objek misterius itu adalah planet kesembilan di tata surya kita yang belum ditemukan, sehingga dijuluki Planet 9.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa objek misterius itu adalah lubang hitam purba. Pasalnya, lubang hitam purba juga bisa memengaruhi objek-objek di sekitarnya, tetapi sangat sulit untuk dilihat. Selain karena gelapnya, jika memang ada, lubang hitam di pinggir tata surya hanya akan berukuran seperti limau gedang (grapefruit), tetapi massanya setara dengan lima Bumi. Berkat perkembangan teknologi dan pengetahuan, kini para astronom telah menemukan cara untuk mendeteksi keberadaan lubang hitam di pinggiran tata surya kita, yakni dengan melihat "accretion flares" atau suar akresi. Avil Loeb, Frank B Baird Jr, Profesor Sains di Harvard yang ikut mengajukan rencana ini menjelaskan, karena lubang hitam pada dasarnya gelap, radiasi yang dikeluarkan oleh materi ketika berangkat ke mulut lubang hitam adalah satu-satunya cara untuk menyinari lingkungan gelap ini.
Amir Siraj, seorang mahasiswa di Harvard yang ikut mengajukan ide tersebut, juga mengatakan, di daerah sekeliling lubang hitam, objek-objek kecil yang mendekat akan meleleh akibat panas dari akresi gas yang berasal dari medium antar bintang menuju lubang hitam. "Ketika meleleh, objek-objek kecil ini lantas menjadi korban gangguan pasang surut dari lubang hitam, diikuti akresi dari objek-objek lain yang juga mengalami gangguan pasang surut dari lubang hitam," ujarnya. Namun, melihat accretion flares ini juga tidak bisa dilakukan dengan mudah. Satu-satunya instrumen yang cukup sensitif untuk melihatnya adalah misi Legacy Survey of Space and Time (LSST) yang akan mulai mensurvei angkasa akhir tahun ini. Profesor Loeb berkata bahwa tidak seperti teleskop lain yang harus diarahkan ke sebuah target, LSST memiliki bidang pandang yang luas dan mencakup seluruh angkasa. "Kami tidak tahu ke mana harus mencari Planet 9 dengan pasti. Kami hanya tahu wilayah luas di mana ia mungkin berada," katanya.
No comments: