Ads Top


Jika biasanya planet berbentuk bulat seperti bola, tidak dengan planet ekstrasurya raksasa baru yang cenderung lebih mirip bola rugby. Melansir CNN, Rabu (12/1/2022) planet yang dinamai WASP-103b itu adalah salah satu planet yang sangat panas, dan berjarak sekitar 1.225 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Hercules. 

Menurut studi yang dipublikasikan pada Januari 2022 di jurnal Astronomy and Astrophysics, hal ini disebabkan karena gaya gravitasi dari bintang induknya. Planet yang pertama kali ditemukan pada tahun 2014 ini sebelumnya diamati menggunakan teleskop luar angkasa Hubble dan Spitzer.

Setelah mengidentifikasikannya, tim peneliti ingin mendapatkan pandangan lain dari planet WASP-103b menggunakan CHEOPS, misi dari Swiss yang dikarakterisasi Badan Antariksa Eropa (ESA), untuk digabungkan dengan pengamatan sebelumnya. Satelit yang diluncurkan pada 2019 itu mencari planet yang berpotensi layak huni. 

Kemudian mendeteksi planet menggunakan metode transit, atau mengukur penurunan kecerahan bintang ketika sebuah planet lewat di depan bintang.

Lalu, saat para astronom mengamati WASP-103b melintas di depan bintangnya, mereka dapat melihat bentuk planet yang aneh seperti bola rugby. "Setelah mengamati beberapa hal yang disebut 'transit', kami dapat mengukur deformasi. 

Sungguh luar biasa kami dapat melakukan ini, ini adalah pertama kalinya analisis semacam itu dilakukan," ujar peneliti post-doctoral di Geneva University, Babatunde Akinsanmi. 

Pengaruh dari pasang surut air Para peneliti menduga bentuk planet yang sedikit memanjang itu karena kekuatan pasang surut besar-besaran yang terjadi di planet ini, mirip seperti di Bumi. 

Kekuatan pasang surut yang kuat yang diinduksi di planet ini mirip dengan pasang surut yang dipicu Bulan di lautan Bumi, tetapi dengan cara yang jauh lebih ekstrem. "Karena jaraknya yang sangat dekat dengan bintangnya, kami menduga bahwa air pasang yang sangat besar disebabkan di planet ini. Namun, kami belum dapat memverifikasi ini," kata rekan penulis studi Yann Alibert, profesor astrofisika di University of Bern di Swiss.

Para astronom menyebut, planet tersebut berukuran hampir dua kali ukuran planet Jupiter. Planet WASP-103 mengorbit di sekitar bintangnya hanya dalam waktu kurang dari satu hari Bumi.

 Menurut mereka, lantaran skala dan orbitnya yang pendek, raksasa gas ini dikategorikan sebagai planet 'Jupiter panas'. Deformasi atau perubahan bentuk planet juga memungkinkan peneliti untuk mempelajari lebih lanjut mengenai komposisinya, yang berbentuk gas layaknya Jupiter. “Ketahanan suatu material terhadap deformasi tergantung pada komposisinya,” kata Akinsanmi seperti dilansir dari Space, Rabu (13/1/2022).

“Kita hanya bisa melihat pasang surut di Bumi di lautan. Bagian berbatu tidak banyak bergerak. Oleh karena itu, dengan mengukur seberapa banyak planet ini terdeformasi, kita dapat menentukan berapa banyak yang terdiri dari batu, gas, atau air," lanjutnya.

Tim peneliti berharap agar dapat melakukan lebih banyak pengamatan dengan CHEOPS dan Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA, agar memudahkan meraka memahami perubahan bentuk serta struktur bagian dalam WASP-103b maupun exoplanet serupa. "Hal ini akan meningkatkan pemahaman kita tentang 'Jupiter panas' dan memungkinkan perbandingan yang lebih baik antara mereka dan planet raksasa di tata surya," jelas profesor astronomi di Geneva University, Monika Lendl.

 Lendl mengatakan, pengamatan di masa depan akan membantu mereka untuk mewujudkan apa yang ingin dipahami terkait planet WASP-103b.

No comments:

Powered by Blogger.